Langsung ke konten utama

Untuk Istriku Tersayang

istri sholehah
Istriku.
Saat akad telah ku ucap, resmilah kau jadi milik ku.
Keegoisan aku dan kamu akan melebur menjadi kita.
Tabir rahasia ku dan rahasia mu lenyaplah sudah.
Kurang ku akan kau tutup dengan lebih mu.
Begitu aku dengan mu.
Ketidaksempurnaan ku akan sempurna dengan adanya kau bersama ku.

Tapi istriku,
sebagaimana kapal yang berlayar di laut lepas.
Tak selamanya angin membawa berita persahabatan.
Ombak pun menerjang tak pernah mengucap salam.
Sebagai nahkodanya, aku tentu tak akan sanggup mengendalikan kapal seorang diri.
Ku butuh engkau walau hanya sekedar mengelap peluh.
Ku butuh kita agar mampu menghadapi badai bersama.

Istriku,
Tatkala aku sakit, sesungguhnya engkaulah obat yang Allah kirim untuk ku.
Ketika aku lelah, sebenarnya engkau tempat istirahatku.
Saat aku terjatuh, sejujurnya engkaulah pembangkit semangat ku.
Di mata mu ada ketenangan dari peliknya kehidupan.
Di senyuman mu terdapat penawar dari racun ketakutan.
Pada sentuhan mu ada kekuatan yang mampu membuat aku bertahan.

Namun terkadang, sifat manja mu mengombang-ambingkan emosiku.
Juga tingkah kekanak-kanakan mu tak jarang mencoreng merah saga di hati ku.
Sifat lemah mu menjadikan engkau mudah layu saat digerutu namun tetap bengkok jika dibiarkan.
Walau pun begitu, cinta ku tak lah akan berkurang pada mu karena aku sadar sesungguhnya engkau adalah penyempurna yang tidaklah sempurna.

Terima kasih Cinta, kau telah memberi ku berjuta rasa yang tak pernah ada sebelum kau ada.
Tetaplah di sampingku menjadi bagian dari setiap episode hidup ku hingga nanti di kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cukup Ar-Rahman mu menjadi Mahar ku

Mengapa harus Ar-Rahman? Pikiran Ahmad melalang buana mencari kira-kira jawabannya. Ar-Rahman adalah syarat hapalan yang harus ia penuhi bila hendak melamar Aisha, seorang gadis anak salah satu ustad di desa ujung ibu kota. Itu permintaan Aisha. Begitu Ustad Amir, ayah Aisha, menerangkan. Bila memang Nak Ahmad berkenan, kini giliran ibu Aisha yang angkat bicara, datanglah lagi ke sini dua minggu lagi untuk menyetor hapalannya. Namun bila Nak Ahmad tidak datang kesini pada hari yang sudah ditentukan, maka kami anggap Nak Ahmad tidak menerimanya syarat itu. Ahmad hanya tersenyum gamang mendengar permintaan yang aneh menurutnya itu. Ada-ada saja keluarga ini. Gerutunya dalam hati. Setelah mengiyakan, ia pamit pulang. Rasanya tak betah lama-lama dalam suasana yang kaku seperti itu. Ahmad masih berpikir sambil menyetir mobilnya. Kendaraan roda empat berwarna silver itu melaju dengan kecepatan sedang. Menerobos rintik-rintik hujan yang kian menderas. Membawanya kembali ke gemerlapnya ibu ko

Sadarlah Duhai MAkhluk Bernama Manusia

Dia hanya menggertak. Belum semarah Krakatau di masa lampau. Namun manusia telah luluh-lantak dibuatnya. Merapi, satu makhluk diantara ribuan milyar makhluk-Nya. Namun mampu membuat manusia tak berdaya dibuatnya. Air laut Mentawai menggeliat. Pesisir habis terkikis. Walau tak sehebat geliat saudaranya di negeri serambi mekah Namun tetap, manusia luluh-lantak dibuatnya. Tsunami, hanya riak kecil makhluk-Nya. Namun kembali manusia tanpa daya dibuatnya. Manusia, adakah kau mau memahaminya? Engkau hanyalah makhluk LEMAH tanpa daya. Namun kesombonganmu di atas takdirmu sebagai manusia. Berjalan mu membusungkan dada. Engkau lupa, bahwa engkau hanya makhluk hina yang akan kembali ke tanah. Sadarlah. Cukup sudah alam menunjukkan kebencian terhadap arogan mu. Cukup sudah alam muak dengan sikap mu. Saatnya kembali. Tugas mu hanya mengabdi bukan malah semakin menjadi-jadi. Ingat asal mu, ingat tempat kembali mu.

Cinta dan Nafsu

Cinta itu adalah cahaya. Penerang hati yang dulu gulita. Penunjuk jalan yang tadi buta. Penyemangat jiwa yang lalu hampa. Cinta itu adalah tempaan. Mengubah hitam menjadi putih. Mengubah pasir menjadi kilauan mutiara. Mengubah sendu menjadi suka cita. Cinta itu adalah anugerah. Berasal dari Maha Pecinta dengan segala cinta. Menembus lorong waktu dan rasa. Menyembul penuh merona dalam degup penuh irama. Tapi sebenar-benarnya cinta itu adalah ujian Menguji cinta seorang hamba kepada Tuhan-nya. Ujian dari dua pilihan. Mencintai-Nya atau mencintai-nya? Aku tahu, dalam hati azzam kuat tentu memilih-Nya. Namun, adakah amal menuju kepada-Nya atau kepada-nya? Aah Hati, kau pun tahu, cintaku kepada-nya karena-Nya. Tak pelak lagilah karena akhlak dan agama-nya. Duhai Nafsu, sungguh cinta mu menyesatkan. Kau balut kebusukan atas dasar cinta karena-Nya. Kau bertopeng akhlak dan agama, menjerumuskan cinta yang suci dari-Nya. Pantas jika ku sebut dirimu pengecut yang bers