Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Saksikanlah Aku Seorang Istri Mujahid

Suasana pagi itu tampak tak begitu biasanya. Matahari tak kelihatan sedari tadi, padahal jam telah menunjukkan pukul 10.00. Awan kelabu kehitam-hitaman bergelayut enggan untuk pergi mengundang rinai hujan yang jatuh abadi sejak semalam. Di sebuah ruang tamu pada rumah berlantai dua itu, Ahmad duduk di depan Aisha, calon istrinya, wajahnya berat menanggung beban pikirannya, raut kesedihan sangat terlihat tapi berusaha ia tahan-tahan. "Kapan berangkatnya?" akhirnya suara serak Aisha yang hampir-hampir tak terdengar memecah senyap, matanya melukis bulir mutiara bening yang perlahan jatuh, ia menangis meski tak bersuara. Mukanya terus saja menunduk sedari tadi. "Dua hari lagi" tercekat Ahmad menjawab berat. Tak mampu Ia melihat ke arah Aisha. Ia tahu Akhwat yang sudah lama Ia kagumi itu sedang menangis. Aisha, memang akhwat yang sering meneteskan air mata, tapi itu bukan bentuk kelemahan imannya, air mata itu berasal dari kelembutan hatinya. "Kalau begitu,