Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2010

Dunia Akhir Zaman

Perjalanan menuju Palembang memakan waktu lebih kurang 2jam. Selama perjalanan tak banyak yang dapat dilakukan kecuali menatap sepanjang jalan yang seolah-olah pergi say good bye oleh hamparan padang yang tak termanfaatkan. Sayang sekali. Seandainya saja jika yang terhampar adalah padi atau tumbuhan bermanfaat lainnya. Hmmm, dapat dibayangkan semakmur apa daerahku. Sebenarnya ini tak hanya akan menjadi khayalan, jika pemerintah turun tangan. Tapi yaaa gitu dech, tak mampu menerobos pikiran para petinggi ku. Ntah apa yang mereka pikirkan. Terlalu sibuk dengan meeting yang tak penting, travelling dengan alasan studi banding. Atau malah sibuk memperkaya diri sendiri kah??? Masa bodo yang penting gue makmurkah??? Punya prinsip “gue2 lo2” kah??? Haayaiiiyaah, memperbanyak dosa ku saja jika terus dipikirkan. [tuing gubraks, sama aja ente kayak mereka kalo pikiran na kayak gitu kali :p] Sampai di pusat kota, kesombongan pencakar langit menampakkan egonya. Sliweran hilir mudik kijang pribadi

Terkhusus Untuk Calon Suami ku

Duhai Calon Suami ku di mana pun sekarang kau berada… Ketahuilah.... Aku bukan lah dzulaikha yang cantik nya tersohor sejagad raya… Kezuhudan ku pun tak kan mampu menyamai Fatimah... Juga tak berharta layaknya khadijah... Tak seikhlas asiyah..... Tak kan mampu sesabar Hajar.... apalagi secerdas aisyah.... Aku hanyalah seorang wanita akhir zaman yang mencoba untuk menjadi sholehah dengan mengharap cinta-Nya... Dan akupun nanti memilih untuk mencintai mu bukan karena mengharap engkau sesempurna Muhammad... Menginginkan engkau setampan yusuf... Sesabar ayub... Atau memiliki istana layaknya sulaiman.. Apalagi berharap engkau secerdas ibrahim… Tapi aku mencintai mu karena engkau adalah seorang laki-laki penghujung dunia yang mencoba menjadi soleh dengan mengharap cinta-Nya... Duhai Calon Suami ku Tunggulah aku dalam ketakwaan mu.. Setialah menanti ku dalam muhasasabah cinta mu.. Karena aku mencintai mu.

Indahnya Cara Dia Mencintaiku

Dia… Tak seperti kebanyakan yang lainnya, mengumbar cintanya. Dia bahkan tak penah mengungkapkan isi hatinya.. Bukan karena takut, tapi karena dia tak mau membuat orang yang dicintainya masuk ke dalam cinta yang berujung pada kemurkaan… Ketika Dia mencinta.. Maka cukuplah Dia dan Tuhannya yang tau.. Bukan berarti tak berani, tapi karena dia yakin Allah akan memberikan yang terbaik buatnya… Dia yang menjaga cintanya dalam ketawakalan dan kesabaran sampai waktu yang dijanjikan tiba... Dia... Diam dalam muhasabah cintanya... Dia... Terpekur dalam khusyuk doanya.... Ya Allah... Sesungguhnya rasa ini bagian dari nikmat-Mu.. Jagalah hatiku agar tak menjadikannya sebagai maksiat kepada-Mu. Ya Allah... Jika Engkau berkenan menjadikan Dia pasangan jiwaku, jaga hatinya untukku sampai ikatan halal mempertemukan. Namun ya Allah.... Jika Dia bukan milikku, gantilah dengan yang lebih baik darinya, yang akan menjadi penentram jiwaku, teman dalam perjuanganku menuju-Mu, yang

Hatiku Mencarimu

Aku adalah seorang pengembara.. Mengembarakan hati yang hampa tanpa arah.. Tak jarang aku meleleh dalam panasnya nafsu jiwa.. Ooo, Tuhan.. Kapankah pengembaraan ini akan berakhir? Sejujurnya aku lelah.. ku kagumi dia dalam takwa, ternyata luka tetap menganga.. keraguan menerpa, diakah yang Engkau janjikan? Aku tak tau... Sedang aku tak bisa melakukan apa-apa... Jiwa yang malang.. Mengapa kau selalu kalah berperang melawan hausnya dahaga cinta... Terpuruk lesu hingga berkarat.. Bermuka dua dalam bingkai dusta. Tapi aku juga manusia, hati mencoba membela.. Hhuuuh, menyebalkan!!! Kelemahan selalu menjadi senjata utama... Pasangan jiwaku.. Kisah ini sungguh menyiksaku.. Merusak hati, menghempas jiwa... Terbentur pada asa yang ada... Maaf, pengembaraanku tak langsung padamu... Tapi ku tau, engkaulah yang terbaik bagiku. Tak akan rela ku gantikan dirimu dengan yang lain... walau keresahan menghantuiku dalam menantimu.. aku akan tetap menunggumu.. karena aku meng

Harapan Terakhir?

Dulu… Aku tak tahu, mengapa aku bisa mencintaimu. Apa yang ada pada dirimu hingga mampu membuat merona dalam hati ku. Jika pun aku menginginkan kesolehanmu, masih banyak orang lain yang lebih dari mu. Aah, sebenarnya siapa diri mu beraninya bermain-main dalam keangkuhan pikiranku Terus ku pikir, hingga aku pun lelah. Tapi akhirnya aku mengerti. Aku mencintai mu bukan karena kesolehan mu, tapi hanya karena engkau berusaha untuk menjadi ikhwan soleh. Aku tetap mencintai mu meski cara mu sering membuat ku menangis dan terluka karena ku tahu yang kau lakukan semata-mata menginginkan kebaikan ada pada ku. Aku masih tetap mengharapkanmu walaupun sekarang kau tak pernah memberi harapan padaku karena ku tahu kau tak ingin aku berharap selain kepada Tuhan ku. Dan aku pun tahu, cinta ku terlarang pada mu karena tiada ikatan halal antara aku dan diri mu. Tapi siapa yang mampu menolak cinta ketika dia datang begitu tiba-tiba tanpa mengucap salam masuk ke dalam hati ku dan tetap berteng

Aku Mencintai mu Suamiku

Dunia serasa hanya aku dan dia yang memilikinya. Dengan keindahanya, bisa mebuat manusia serasa menjadi makhluk yang paling bahagia di alamnya. Sedih menjadi cita. Duka menjadi gembira. Begitulah rasa orang yang sedang jatuh cinta. Tapi itu tak berlaku pada ku, cinta bagai monster yang menakutkan yang ingin ku jauhi sejauh-jauhnya. Ada rasa traumatik bertengger di memori hati ku. Semuanya berawal dari pertemuanku dengan nya secara tak sengaja, dia datang dengan tiba-tiba membawa rasa yang membuat hati berbeda dalam memandangnya. Tak dielakkan lagi, cinta bersemi di taman hati menumbuhkan kuncup bunga kebahagiaan. Gayung bersambut, dia pun mencintaiku. Aah, alangkah bahagianya. Tapi kebahagiaan itu tak abadi, Tuhan mengambil cintaku di saat aku benar-benar cinta dan sayang padanya. Bagaimana rasanya?? Jangan ditanya, aku terpuruk. Benar-benar terpuruk. Semua hidup yang kujalani serasa hampa. Aku menangis seharian, dua hari, tiga hari, entah aku tak tahu lagi. Setiap ku ingat di

Ketika Cintaku Harus Terbagi

Malam ini sangat dingin, di luar hujan turun sejak sore tadi, petir menyambar-nyambar bak hendak menerkam saja. Hatiku resah. Sesekali ku buka tabir jendela dan mengintip di baliknya. jam dinding rumah telah menunjukkan pukul 23.30, tapi suamiku belum pulang kerja, tak biasanya. Tak lama, pintu rumah di ketok dari luar. Senyumku mengembang. Cepat-cepat pintu dibuka. Terlihat suamiku berdiri di depan pintu, langsung dipeluk dia, tak peduli pakaian suamiku basah terkena air hujan. ”Mas, kenapa pulangnya telat? HP nya juga nggak aktif?” Tanyaku sambil terisak. ”Baru pulang telat aja udah nangis gini, gimana kalo nggak pulang yaa??” Ledek suamiku sambil tersenyum dan mengelus kepalaku. ”yaudah kalo nggak mau diperhatiin” Balasku manja. ”Hehehe... maaf, Sayang. Tadi ada kerjaan mendadak. HP nya juga low bat. Jadi nggak bisa ngabarin.” ”Iyaa, tapi lain kali jangan gini lagi yaa. Kan bisa pinjem HP teman.” ”Iyaa.. Iyaa.. maaf ya. Sekarang senyum donk, masa suami pulang disambut manyu