“Bagaimana para saksi, sah?”
“Sah” jawab keempat saksi hamper berbarengan.
Alhamdulillah, hatiku bertahmid lega. Kini dia telah halal bagiku. Aisyah, seorang muslimah cantik yang ku kenal tiga bulan lalu, tak pernah ku sangka dialah yang menggenapi separuh agamaku. Ku lirik dia, aah alangkah cantiknya dia dengan pakaian pengantin merah adat Palembangnya.
***
”Mas!”
”Iya de?”
”Ini Ais buatkan susu, minumlah!” suara lembut dipadu dengan senyum manisnya sungguh menenangkan.
”Mas, kok liatin Ais trus, susunya ntar dingin loh”
”Hehe, Mas kan sedang liat istri mas, nggak boleh ta?”
”Tapi Ais kan malu” balasnya tersipu. Hmm, semburat merah wajahnya, tambah cantik. Beruntungnya aku memilikimu istriku.
***
Tak terasa sudah satu minggu dia menemaniku sebagai istri Farhan Abdullah. Kebahagiaanku semakin lengkap, kini ada seorang bidadari yang setia menanti ku pulang kerja. Menyambut kedatangan ku dengan senyuman ikhlasnya. Membantuku sebagai suaminya dengan begitu patuh. Tak hanya itu saja, dia adalah sebaik-baiknya teman dalam ibadahku kepada-Nya, dia adalah alarm buatku untuk sholat lail. Indahnya memiliki istri solehah.
***
”De, kenapa menangis? Ada yang tidak Ais suka dengan kelakuan Mas kah?” tanyaku sedikit khawatir malam itu.
”Nggak Mas, Mas adalah sebaik-baiknya suami buat Ais. Beruntung Ais medapatkan suami kayak Mas Farhan” jawabnya tersenyum.
”Lantas, kenapa menangis?”
”Ais lagi baca kisah Nabi dan para Sahabat, sungguh ghirohnya dalam menegakkan agama Allah. Sehingga syahid menjemputnya. Ais menangis membaca keikhlasan para istrinya bahkan mendukung semampu mereka”
”mungkin Ais nggak bisa sepaerti para istri itu”
Aku hanya tersenyum, ku peluk dia. Aku menarik napas perlahan.
“kenapa Mas? Sepertinya ada yang mau Mas sampaikan?”
“Nggak ada De, tidurlah! Besok ada jadwal ngajar kan?”
”Iyaa, Ais Tidur dulu ya Mas J”
”Hmm, sebentar Mas”
”Mau kemana lagi ta De?”
”Mau ke dapur dulu, Ais buatkan susu dulu buat MasJ”
”nggak usah, nanti Mas aja yang buat!”
”Hehe, nggak apa2 Mas. Belum terlalu ngantuk juga kok J”
”Ya udah, makasih ya De! J”
“Sudah jadi tugas Ais kok Mas dan Ais seneng J”
Subhanallah…
***
“Mas, mau pergi ke Palestina kah?”
“Ais tau darimana?”
“Ais tau dari surat ajakan teman Mas itu”
”Hmmm, tapi nggak jadi kok De J”
”Kenapa?”
”Mas nggak tega ninggalin Ais sendirian di sini”
”Apakah ada yang lebih Mas cintai selain Allah dan Rosul-Nya?”
”Demi Allah, nggak ada De!”
”Karena itulah Ais memilih Mas J”
”Maksudnya Ais izinin Mas ta?” tanyaku sedikit tak percaya
”Murka Allah untuk Ais jika Ais tak mengizinkan suami Ais menggapai cita-cita tertingginya, berjihad dan syahid di jalan-Nya J” jawabnya tanpa ada keraguan sedikit pun.
“Makasih ya De! Engkau benar-benar sosok bidadari dunia”
”Ais mencintai Mas karena Allah”
Allah, inikah sosok wanita solehah yang Engkau kirimkan padaku? Ku tahan tangis ku agar tak jatuh, tapi aku tak kuasa.
***
Semua telah berkumpul di bandara. Keberangkatan setengah jam lagi. Aisyah duduk di sebelah ku menunggu keberangkatan. Matanya sayu dan sedikit sembab, ku tau dia tak tidur semalaman tadi. Akhir-akhir ini sholatnya semakin panjang. Tidurnya pun tersita karena Qiaumul lailnya. Ketika ditanya, dia hanya tersenyum dan berkata, Ais berdoa untuk orang yang Ais sayangi karena Allah.
“Allah, andai aku tak kembali. Izinkan dia tetap menemani ku” lirihku.
***
”Mas, sebentar lagi berangkat”
”Iyaa, De.”
Dia tersenyum, tapi matanya menganak sungai.
“Ais menangis?” tanyaku
“Wajarkan kalo Ais menangis karena akan ditingalkan suami Ais?”
”Iyaa”
”Tangisan Ais adalah bukti kalo Ais sayang Mas Farhan, jangan kuatir yaa J”
Itulah usahanya menenangkan hatiku.
***
”Bagaimana keadaan kandungannya, Nak?” tanya Bu syifa, Ibu mertua Aisyah.
”Alhamdulillah, sehat bu J”
”Seandainya suamimu tau kamu sedang hamil, sungguh dia sangat senang. Apa kabar dia di sana? Tak pernah ada berita sejak kepergiannya”
“Tenanglah Bu, Allah bersama Mas FarhanJ”
Sudah empat bulan sejak kepergian suaminya, sekarang Aisyah tinggal bersama mertuanya. Aktifitas mengajarnya masih dia lakukan. Tak sedikit gunjiangan tentang suaminya dia dengar bahwa suaminya adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab meninggalkannya sendiri tanpa kabar. Dia hanya tersenyum mendengarnya.
”Cukuplah aku, keluargaku dan Allah yang tau. Fitnah terhadap suamiku semoga menjadi peluntur dosa baginya”
Itulah jawabannya.
***
Siang itu tak seperti biasanya, mendung bergelayut di langit Muara Enim. Aisyah sibuk mempersiapkan diri untuk mengajar. Setelah berpamitan dengan mertuanya, dia pergi ke SD tempat dia mengajar. Jaraknya tak terlalu jauh . Hanya berselang jalan raya.
Sesampai di zebra cross, Aisyah melihat muridnya sedang menyebrang. Tiba-tiba...
”Awas, mobil!” Aisyah menjerit kencang...
***
Di rumah sakit muhamad husein Palembang.
”dokter, bagaimana keadaan anak saya?” tanya Bu Syifa sambil tak kuasa menahan tangisnya.
”Anak yang diselamatkannya masih dalam keadaan kritis, tapi Bu Aisyah nyawanya tak bisa tertolong lagi karena mengalami pendarahan di otak”
”Maaf Bu, kami telah berusaha”
Bu Syifa terduduk lesu. Mimpi itu kembali terbayang.
”Bu”
”Farhan?” seaka tak percaya yang di hadapannya itu adalah farhan, anak yang selalu dia rindukan.
”Iya, ini Farhan anak mu Bu”
„knapa tak pulang Nak? Kau tau, ibu merindukanmu terlebih istrimu, tiap malam ibu liat dia menangis mendoakanmu. Apakah kau juga tau, dia sedang mengandung anak mu?”
Farhan tersenyum,
„Bu, sampaikan salam ku untuk istriku, katakan padanya.Tunggulah sebentar lagi. Waktu itu akan segera tiba. Kita akan kembali bertemu di tempat yang lebih indah”
.........
Inikah makna mimpi itu?? Subhanallah laa haula walaa quwwata ila billah.
Bu syifa pun akhirnya tak sadarkan diri.
Selesai
Subhanallah, adakah yang lebih indah dari saling mencintai karena Allah dan berpisah karena-Nya??
Subhanallah :')
BalasHapus