Apakah Engkau masih mencintaiku? Pertanyaan itu selalu melayang-layang dipikiranku. Berada di posisi paling menakutkan dalam otakku. Terekan dalam long-term memory. Menghantui seperti hantu. Melumpuhkan sendi. Menimbulkan was-was dalam hati.
Saat Engkau memberiku musibah. Apakah Engkau masih mencintaiku? Apakah ini sebagai pertanda Engkau mencintaiku? Kekasih-Mu telah mengatakan, ketika Engkau mencintai seorang hamba, Engkau akan mengujinya? Dan aku percaya. Karena itu aku berharap. Aku adalah bagian dari hamba-hamba yang Engkau uji sebagai pernyataan atas cinta-Mu. Namun, benarkah aku akan menjadi bagian dari hamba-hamba yang beruntung itu? Bila melihat aku. Bercermin dari kepribadianku. Berkaca dari pengabdianku. Aaah, rasanya tak mungkin. Siapalah aku? Aku, hanyalah seorang hamba yang penuh ingkar dan dosa. Mustahil seorang sepertiku mendapatkan cinta-Mu. Walaupun aku ingin. Meskipun aku sangat berharap.
Engkau. Ataukah Engkau tengah marah kepadaku? Dan tengah menghukumku akibat dari kelalaian serta dosa-dosaku. Allah, aku tahu pasti. Musibah yang menimpaku adalah disebabkan oleh perbuatanku sendiri. Namun, bukankah Engkau Maha pengampun? Dengan Sifat-Mu itu, Engkau akan mengampuni hamba-hamba yang Engkau kehendaki. Allah, apakah aku termasuk salah satunya? Aku takut. Terlalu takut. Aku bukan bagian mereka. Walaupun aku ingin. Meskipun aku sangat berharap.
Saat Engkau memberiku kebahagiaan. Apakah Engkau masih mencintaiku? Apakah ini sebagai pertanda Engkau mencintaiku? Apakah ini bentuk nikmat dari-Mu? Surat cinta-Mu begitu agung memberi pesan, Engkau memberi nikmat kepada hamba-hamba yang Engkau sukai sebagai balasan atas rasa syukur dari para hamba-Mu. Namun, bila melihat aku. Makhluk yang lidahnya sangat jarang mengucap syukur. Tubuh yang seakan terlalu sombong untuk berterima kasih. Apakah aku masih pantas masuk ke dalam golongan mereka? Aku takut. Terlalu takut aku bukanlah bagian dari mereka. Walaupun aku ingin. Meskipun aku sangat berharap.
Engkau. Ataukah Engkau tengah membiarkan aku menikmati kebahagiaan hampa selayak Fir’aun dan para pengikutnya. Mereka yang oleh Nabi-Mu disebut sebagai satu kaum yang disegerakan kenikmatan dalam kehidupan dunia. Hingga nanti neraka mengambil alih memanggil-manggil untuk siap menyantap. Ya Allah, aku takut. Terlalu takut. Tapi Allah, bukankan Engkau Maha mengasihi? Cinta-Mu di atas murka-Mu. Aku. Meski ku tahu aku bukanlah hamba yang pantas. Namun, aku masih berharap. Luasnya samudra ampunan-Mu merengkuh lembut tubuh hinaku. Karena ku yakin, cinta-Mu tak terbatas. Ampunan-Mu Maha luas.
“Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari ancaman-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri.”
Komentar
Posting Komentar