Dulu…
Aku tak tahu, mengapa aku bisa mencintaimu.
Apa yang ada pada dirimu hingga mampu membuat merona dalam hati ku.
Jika pun aku menginginkan kesolehanmu, masih banyak orang lain yang lebih dari mu.
Aah, sebenarnya siapa diri mu beraninya bermain-main dalam keangkuhan pikiranku
Terus ku pikir, hingga aku pun lelah.
Tapi akhirnya aku mengerti.
Aku mencintai mu bukan karena kesolehan mu, tapi hanya karena engkau berusaha untuk menjadi ikhwan soleh.
Aku tetap mencintai mu meski cara mu sering membuat ku menangis dan terluka karena ku tahu yang kau lakukan semata-mata menginginkan kebaikan ada pada ku.
Aku masih tetap mengharapkanmu walaupun sekarang kau tak pernah memberi harapan padaku karena ku tahu kau tak ingin aku berharap selain kepada Tuhan ku.
Dan aku pun tahu, cinta ku terlarang pada mu karena tiada ikatan halal antara aku dan diri mu.
Tapi siapa yang mampu menolak cinta ketika dia datang begitu tiba-tiba tanpa mengucap salam masuk ke dalam hati ku dan tetap bertengger walau rasa sakit itu menderaku?
Aku ingin melupakan mu, tapi tetap tak ada indikasi bahwa usaha ku berhasil.
Aku pasrah.
Dan ku akui aku masih tetap mencintai mu.
Ucapan tersirat ku pun, tetap menginginkan kau kembali.
Lupakan masa lau yang kelam, yaa, masa lalu yang membuatku ingin membenci mu.
Sekarang yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri untuk menjemput kedatangannya.
Dan tahu kah dirimu, bila yang ingin ku jemput adalah kamu.
Tapi, kini kau pergi.
Aku hanya tersenyum, walau mataku menangis.
Yaa, hanya bisa tersenyum dan menangis.
Pergilah...
Karena kau sendiri yang bilang akan menetralkan hati mu.
Pergilah...
Karena kau sendiri yang mau menghilangkan diriku dalam memori hati dan pikiran mu.
Semoga aku juga bisa seperti mu, semoga saja.............
Tuhan, apakah benar-benar ini pertanda terputusnya harapan terakhirku???
Hiks......
Aku tak tahu, mengapa aku bisa mencintaimu.
Apa yang ada pada dirimu hingga mampu membuat merona dalam hati ku.
Jika pun aku menginginkan kesolehanmu, masih banyak orang lain yang lebih dari mu.
Aah, sebenarnya siapa diri mu beraninya bermain-main dalam keangkuhan pikiranku
Terus ku pikir, hingga aku pun lelah.
Tapi akhirnya aku mengerti.
Aku mencintai mu bukan karena kesolehan mu, tapi hanya karena engkau berusaha untuk menjadi ikhwan soleh.
Aku tetap mencintai mu meski cara mu sering membuat ku menangis dan terluka karena ku tahu yang kau lakukan semata-mata menginginkan kebaikan ada pada ku.
Aku masih tetap mengharapkanmu walaupun sekarang kau tak pernah memberi harapan padaku karena ku tahu kau tak ingin aku berharap selain kepada Tuhan ku.
Dan aku pun tahu, cinta ku terlarang pada mu karena tiada ikatan halal antara aku dan diri mu.
Tapi siapa yang mampu menolak cinta ketika dia datang begitu tiba-tiba tanpa mengucap salam masuk ke dalam hati ku dan tetap bertengger walau rasa sakit itu menderaku?
Aku ingin melupakan mu, tapi tetap tak ada indikasi bahwa usaha ku berhasil.
Aku pasrah.
Dan ku akui aku masih tetap mencintai mu.
Ucapan tersirat ku pun, tetap menginginkan kau kembali.
Lupakan masa lau yang kelam, yaa, masa lalu yang membuatku ingin membenci mu.
Sekarang yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri untuk menjemput kedatangannya.
Dan tahu kah dirimu, bila yang ingin ku jemput adalah kamu.
Tapi, kini kau pergi.
Aku hanya tersenyum, walau mataku menangis.
Yaa, hanya bisa tersenyum dan menangis.
Pergilah...
Karena kau sendiri yang bilang akan menetralkan hati mu.
Pergilah...
Karena kau sendiri yang mau menghilangkan diriku dalam memori hati dan pikiran mu.
Semoga aku juga bisa seperti mu, semoga saja.............
Tuhan, apakah benar-benar ini pertanda terputusnya harapan terakhirku???
Hiks......
Komentar
Posting Komentar