Langsung ke konten utama

Menunggu

Ingin ku bercerita tentang kisah yang aku sendiri pun tak tahu berujung kemana.

Melewati lorong-lorong waktu yang semakin sempit.

Semakin sempit dibatasi kematian.

Bersama angin yang masih setia, meski terkadang tersapu panas bumi.

Dan ditemani mendung yang menunggu hujan, meski tak tahu kapan kan datang.

Aku menunggu.

Entah akan berapa lama, aku tetap menunggu.

Menunggu kepastian skenario indah yang Tuhan tulis untuk ku.

Percaya janjiku, aku menunggu mu.

Walau aku tak pernah tahu untuk siapa aku menunggu.

Sebab bukan aku yang memilih mu, tapi Dia-lah yang akan memilihkan mu untuk ku.

Dan aku percaya, Dia pula yang akan menjaga setia mu, menjaga hati mu hingga nanti kau hadir disini untuk ku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cukup Ar-Rahman mu menjadi Mahar ku

Mengapa harus Ar-Rahman? Pikiran Ahmad melalang buana mencari kira-kira jawabannya. Ar-Rahman adalah syarat hapalan yang harus ia penuhi bila hendak melamar Aisha, seorang gadis anak salah satu ustad di desa ujung ibu kota. Itu permintaan Aisha. Begitu Ustad Amir, ayah Aisha, menerangkan. Bila memang Nak Ahmad berkenan, kini giliran ibu Aisha yang angkat bicara, datanglah lagi ke sini dua minggu lagi untuk menyetor hapalannya. Namun bila Nak Ahmad tidak datang kesini pada hari yang sudah ditentukan, maka kami anggap Nak Ahmad tidak menerimanya syarat itu. Ahmad hanya tersenyum gamang mendengar permintaan yang aneh menurutnya itu. Ada-ada saja keluarga ini. Gerutunya dalam hati. Setelah mengiyakan, ia pamit pulang. Rasanya tak betah lama-lama dalam suasana yang kaku seperti itu. Ahmad masih berpikir sambil menyetir mobilnya. Kendaraan roda empat berwarna silver itu melaju dengan kecepatan sedang. Menerobos rintik-rintik hujan yang kian menderas. Membawanya kembali ke gemerlapnya ibu ko

Sadarlah Duhai MAkhluk Bernama Manusia

Dia hanya menggertak. Belum semarah Krakatau di masa lampau. Namun manusia telah luluh-lantak dibuatnya. Merapi, satu makhluk diantara ribuan milyar makhluk-Nya. Namun mampu membuat manusia tak berdaya dibuatnya. Air laut Mentawai menggeliat. Pesisir habis terkikis. Walau tak sehebat geliat saudaranya di negeri serambi mekah Namun tetap, manusia luluh-lantak dibuatnya. Tsunami, hanya riak kecil makhluk-Nya. Namun kembali manusia tanpa daya dibuatnya. Manusia, adakah kau mau memahaminya? Engkau hanyalah makhluk LEMAH tanpa daya. Namun kesombonganmu di atas takdirmu sebagai manusia. Berjalan mu membusungkan dada. Engkau lupa, bahwa engkau hanya makhluk hina yang akan kembali ke tanah. Sadarlah. Cukup sudah alam menunjukkan kebencian terhadap arogan mu. Cukup sudah alam muak dengan sikap mu. Saatnya kembali. Tugas mu hanya mengabdi bukan malah semakin menjadi-jadi. Ingat asal mu, ingat tempat kembali mu.

ISTRI/WANITA SHOLIHAH

1. KEUTAMAAN ISTRI SHOLIHAH عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ j قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا كُلِّهَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ رواه النسائي Dari Abdulloh bin 'Amr bin al 'Ash : Sesungguhnya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa Sallam bersabda : "Sesungguhnya dunia, kesemuanya adalah kesenangan. Dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah Istri Sholihah !" (HR An Nasaiy) أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ : أَنْ تَكُونَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأْوَلاَدُهُ أَبْرَارًا وَخُلَطَاؤُهُ صَالِحِينَ وَأَنْ يَكُونَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ رواه ابن عساكر empat perkara yang termasuk kebahagiaannya seseorang : Jika istrinya sholihah, anak-anaknya berbuat baik, teman bergaulnya adalah orang-orang yang sholih dan jika rizqinya berada (dia peroleh) di negaranya sendiri" (HR Ibnu 'Asakir) 2. CIRI-CIRI ISTRI SHOLIHAH عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ j أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّ